Keutuhan sebuah rumahtangga sangat dipengaruhi oleh baiknya
kepemimpinan seorang suami (sebagai kepala keluarga) dalam membina
keluarganya. Lebih-lebih lagi adalah SIKAP & PERILAKUnya dalam
bergaul dengan isterinya. Suami isteri sebagai tokoh UTAMA dalam
sesebuah rumahtangga, bila mengalami kerusakan maka bangunan rumahtangga
pun akan runtuh. Disebabkan hubungan ini seharusnya sangat dijaga
dengan memperhatikan HAK & KEWAJIBAN masing-masing. Bagi suami
isteri harus saling menunaikan kewajibannya setelah itu baru boleh
mendapatkan apa yang menjadi haknya.
Jika kita melihat kenyataan dalam masyarakat, dua sikap suami yang
saling bertentangan dalam menyantuni isteri mereka, sikap inilah yang
perlu di ambil perhatian, hal ini dapat menimbulkan masalah yang
berujung dengan sebuah perceraian.
Pertama, suami yang meremehkan isterinya, yang mensia – siakan
hak-haknya & melakukan pelbagai kesalahan berkaitan dengan hak
isterinya.
Kedua, suami melepaskan kendalinya terhadap isteri &
membebaskannya begitu saja (dalam kata lain, , suami ber ‘LEPAS
TANGAN’).
Allah berfirman dalam Al-Quran, Surah An Nisa : 34 :
“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, Allah telah melebihkan
sebahagian mereka (lelaki atas sebahagian yang lain (wanita) &
mereka (lelaki) telah menafkahkan sebahagian dari harta mereka. Sebab
itu, maka wanita yg soleh, ialah yang taat Allah lagi memelihara diri
ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
Wanita- wanita yg kamu khuatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka
& pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka & pukullah mereka.
Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari–cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”
Berikut ini adalah 10 (sepuluh) KESALAHAN-KESALAHAN suami yang banyak
dilakukan, yang kesemuanya berdasarkan kepada dua sikap keliru tipe
para suami diatas:
1. Tidak mengajarkan AGAMA dan HUKUM syariat Islam kepada isteri
Banyak kita temui bahwa para isteri tidak mengetahui bagaimana cara
sholat yang betul, hukum haid & nifas, bertingkah laku/berperilaku
terhadap suami secara tidak Islami & tidak mendidik anak-anak
secara Islam. Bahkan ada yang terjerumus ke dalam pelbagai jenis
kesyirikan. Yang menjadi fokus perhatian seorang isteri hanyalah
bagaimana cara memasak & menghidangkan makanan tertentu, cara
berdandan yang cantik dsb. Tidak lain semua kerana tuntutan suami,
sedangkan masalah AGAMA, terutama ibadahnya tidak pernah ditanyakan oleh
suami.
Padahal Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:
“Hai orang–orang yang beriman, peliharalah dirimu &
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia &
batu, penjaganya malaikat – malaikat yang kasar, keras & tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yg di perintahkan-Nya kepada mereka &
selalu mengerjakan apa yang diperintakan” {Al-Quran, Surah At-Tahrim:6}
Maka para suami diminta untuk tidak sesekali mengABAIkan hal ini,
karena semuanya akan diminta dipertanggungjawaban atasnya. Hendaklah
benar-benar mengajarkan agama kepada isterinya, baik dilakukan sendiri
atau melalui perantara. Antara lain yang dapat dilakukan; menghadiahkan
buku-buku tentang Islam & hukum-hukumnya serta berbincang
bersama-sama, kaset/cd ceramah, mengajak isterinya menghadiri ke
majlis-majlis ILMU yang disampaikan oleh orang-orang yang berilmu dsb..
(yang paling praktis.. ajaklah solat berjamaah di rumah atau di masjid )
2. Suka mencari kekurangan & kesalahan isteri
Dalam suatu hadith riwayat Bukhari & Muslim, Rasulullah s.a.w
melarang lelaki yang berpergian dalam waktu yang lama, pulang menemui
keluarganya di waktu malam, karena dikhawatirkan akan mendapati
berbagai kekurangan isteri & cela isterinya. Bahkan suami diminta
bersabar & menahan diri dari kekurangan yang ada pada isterinya,
juga ketika isteri tidak melaksanakan kewajibannya. Karena suami juga
mempunyai kekurangan & celaan, seperti sabda Rasulullah:
“Janganlah seorang suami yang beriman membenci isterinya
yang beriman. Jika dia tidak menyukai satu akhlak darinya, dia pasti
meridhai akhlak lain darinya.” {H.R. Muslim}
3. Memberi hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan isteri
Ini termasuk bentuk kezaliman terhadap isteri, antara lain iaitu:
(a) Menggunakan pukulan di tahap awal pemberitahuan hukuman {lihat Al-Quran, Surah An-Nisa : 34}
(b) Mengusir isteri dari rumahnya tanpa ada kebenaran secara syar’ie {lihat Al-Quran, Surah Ath-Thalaq : 1}
(c) Memukul wajah, mencela dan menghina.
Dalam as-Sunan dan al-Musnan dari Mu’awiyah bin Haidah al-Qusyairi
bahawa ia berkata: “Ya Rasulullah, apakah HAK isteri atas suaminya? Nabi
s.a.w menjawab:
“Hendaklah engkau memberinya makan jika engkau makan,
memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajah, tidak
menjelek-jelekkannya …..” {H.R. Ibnu Majah disahihkan oleh Syeikh
Albani}
4. Culas dalam memberi nafkah kepada isteri
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusukan anak-anak mereka selama
dua tahun yaitu bagi orang yang hendak menyempurnakan penyusuan itu;
dan kewajiban ayah ialah memberi makan dan pakaian kepada isterinya itu
menurut cara yang sepatutnya. Tidaklah diberatkan seseorang melainkan
menurut kemampuannya. Janganlah menjadikan seseorang ibu itu menderita
karena anaknya, dan (jangan juga menjadikan) seseorang ayah itu
menderita karena anaknya; dan waris juga menanggung kewajiban yang
tersebut (jika si ayah telah tiada). kemudian jika keduanya (suami
isteri berkeinginan menghentikan penyusuan itu dengan persetujuan (yang
telah dicapai oleh) mereka sesudah berunding, maka mereka berdua
tidaklah salah (melakukannya). Dan jika kamu hendak beri anak-anak kamu
menyusu kepada orang lain, maka tidak ada salahnya bagi kamu apabila
kamu serahkan (upah) yang kamu berikan itu dengan cara yang patut. Dan
bertaqwalah kamu kepada Allah, serta ketahuilah, sesungguhnya Allah
sentiasa melihat akan apapun yang kamu lakukan.” {Al-Quran, Surah
Al-Baqarah : 233}
Isteri BERHAK mendapatkan nafkah, kerana dia telah membolehkan
suaminya bersenang–senang kepadanya, dia telah mentaati suaminya,
tinggal di rumahnya, mengasuh & mendidik anak-anaknya. Dan jika
isteri mendapati suaminya culas dalam memberi nafkah, bakhil, tidak
memberikan nafkah kepadanya tanpa ada pembenaran syar’i, maka dia boleh
mengambil harta suami untuk mencukupi keperluannya secara ma’ruf (tidak
berlebihan) meskipun tanpa sepengetahuan suaminya.
Sabda Rasulullah s.a.w:
“Jika seorang muslim mengeluarkan nafkah untuk keluarganya sedangkan dia
mengharapkan pahalanya, maka nafkah itu adalah sedekah baginya.”
{Muttafaq ‘alaih}
5. Sikap keras, kasar, tidak lembut terhadap isteri
Rasulullah s.a.w bersabda: “Mukmin yang paling sempurna
adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik–baik kalian adalah yang
paling baik tehadap isteri-isterinya.” {H.R. at-Tirmidzi, disahihkan
oleh Syeikh Albani}
Maka suami hendaklah berakhlak baik terhadap isterinya dengan bersikap lembut & menjauhi sikap kasar.
6. Kesombongan suami membantu isteri dalam urusan rumahtangga
Ini kesalahan yang paling banyak MENJANGKITI para suami. Padahal
lelaki yang paling UTAMA yakni Rasulullah s.a.w tidak segan untuk
membantu pekerjaan isterinya.
Ketika Aisyah r.a ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullah s.a.w di rumahnya, beliau menjawab:
“Beliau membantu pekerjaan isterinya & jika datang waktu solat, maka beliau pun keluar untuk solat.” {H.R. Bukhari}
7. Menyebarkan rahasia dan aib isterinya
“Sesungguhnya diantara orang yang paling buruk
kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang
menggauli isterinya & isterinya menggaulinya kemudian dia
menyebarkan rahasia-rahasia isterinya.” {H.R. Muslim}
Dalam hadith ini diHARAMkan seorang suami menyebarkan apa yang
terjadi antara dia dengan isterinya terutama perilaku keduanya di tempat
tidur. Juga diharamkan menyebutkan perinciannya, serta apa yang terjadi
pada isterinya baik berupa perkataan maupun perbuatan lainnya.
8. Sikap terburu-buru dalam menceraikan isteri
Wahai suami yang mulia, sesungguhnya hubungan antara engkau &
isterimu adalah hubungan yang kuat lagi suci, oleh karena itu Islam
menganggap penceraian adalah perkara besar yang tidak boleh diremehkan
karena penceraian akan menyeret kepada kerusakan, kacau balaunya
pendidikan anak dsb. Dan hendaknya perkataan cerai/talak itu tidak
digunakan sebagai bahan gurauan/mainan. Karena Rasulullah s.a.w telah
bersabda:
“Ada 3 hal yang kesungguhannya dan gurauannya sama-sama
dianggap sungguh-sungguh yaitu: NIKAH, TALAK (cerai) dan RUJUK.” {H.R.
Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dinilai “hasan” oleh asy-Syeikh
Albani}
Memang perselisihan antara suami isteri sering terjadi kadang sampai
mengarah kepada penceraian. Akan tetapi penceraian ini tidak boleh
dijadikan sebagai langkah pertama dalam penyelesaian perselisihan ini.
Bahkana harus diusahakan berbagai cara untuk menyelesaikannya, karena
kemungkinan besar akan banyak rasa penyesalan yang ditimbulkan
dikemudian hari kelak.
Rasulullah s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgahsananya di atas air (laut),
kemudian ia mengutus para tentaranya. Maka tentara yang paling dekat
dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya (penyesatannya). Maka
datanglah salah satu tenteranya dan melapor: Aku telah melakukan ini dan
itu, maka Iblis berkata: Engkau belum melakukan apa-apa, kemudian
datanglah tentara yang lain dan melapor: Aku telah menggodanya hingga
akhirnya aku menceraikannya dengan isterinya. Maka Iblis pun mendekatkan
tentara syaitan ini di sisinya lalu berkata: Engkau tentara terbaik.”
{H.R. Muslim}
9. Berpoligami tanpa memperhatikan ketentuan syari’at
Menikah untuk kedua kali, ketiga dan keempat kali merupakan salah
satu perkara yang Allah syariatkan. Akan tetapi yang menjadi catatan di
sini bahwa sebahagian orang yang ingin menerapkan syariat ini/telah
menerapkannya tidak memperhatikan sikapnya yang tidak memenuhi kewajiban
serta tanggungjawab terhadap isteri. Terutama isteri pertama &
anak-anaknya.
“Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinlah) seorang saja.” {Al-Quran, Surah An-Nisa : 3}
Sikap ini merupakan KEADILAN yang diperintahkan Allah s.w.t. Memang
benar berpoligami merupakan syariat Islam, tetapi jika seseorang tidak
mampu melaksanakannya dengan baik & tidak memenuhi syarat-syaratnya
maka tidak boleh memikul tanggungjawabnya, bila dilakukan maka
menjuruskan kerusakan sebuah rumahtangga, menghancurkan anak-anak &
menambah permasalahan keluarga & juga kepada masyarakat. Maka
fikirkanlah akibatnya & perhatikanlah dengan saksama perkaranya
sebelum masuk kelayakan ke’dalam’nya.
10. Lemahnya kecemburuan
Para suami memBIARkan kemolekan, keindahan & kecantikan isterinya
DINIKMATI & DIPERTONTONkan oleh ramai orang. Dia memBIARkan
isterinya menampakkan auratnya ketika keluar rumah, membiarkan berkumpul
dengan lelaki-lelaki lain. Bahkan sebahagian ada yang BANGGA karena
telah memiliki isteri yang cantik yang boleh dinikmati ‘pandangan’
kebanyakan orang. Padahal wanita dimata Islam adalah makhluk yang SANGAT
mulia, sehingga keindahan & keelokannya hanya diperuntukkan atau
DIKHUSUSkan buat suaminya saja dan tidak sesekali di’jaja’ sebebasnya
kemana-mana.
Seorang suami yang memiliki kecemburuan terhadap istrinya tidak akan
membiarkan isterinya berjabat tangan dengan lelaki lain yang BUKAN
mahram.
“Ditusukkan kepala seorang lelaki dengan jarum dari besi
lebih baik daripada dia menyentuh seorang wanita yang tidak halal
baginya.” {lihat dalam ash-Shahihah : 226}
Seorang suami yang memiliki kecemburuan terhadap isterinya, dia akan memperhatikan sabda Rasulullah s.a.w:
“Janganlah kalian masuk menemui para wanita.” lalu
seorang Ansar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan al-hamwu
(kerabat suami/ipar )?” Beliau mengatakan, “Al- hamwu (ipar) adalah
kematian.” {Muttafaq ‘alaih}
Perhatikan juga ancaman Rasulullah s.a.w terhadap lelaki yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarga (isteri):
“Tiga golongan yang Allah s.w.t tidak akan melihat mereka
pada hari kiamat iaitu seseorang yang durhaka kepada kedua orang
tuanya, wanita yang menyerupai lelaki dan ad-Dayyuts” {H.R. An-Nasa’i
dinilai ‘hasan’ oleh syeikh Albani, lihat ash-Shahihah : 674}
Dan ad-Dayyuts(dayus) adalah LELAKI yang tidak memiliki kecemburuan terhadap keluarganya.
Semoga bermanfaat buat kita semua.. insyaAllah