Nabi
Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani Isra'il
yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap kejam dan
zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub adalah
beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah beristerikan
dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu Shafura.Dalam perjalanan hidup Nabi
Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah
diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa orang nabi
diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi Harun dan Nabi
Khidhir. Di sini juga diceritakan tentang perlibatan beberapa orang nabi
yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud
Catatan :
Para
ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mertua Nabi Musa.
Sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang
diutuskan sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain
berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu yang dianggap adalah satu
kebetulan namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja
Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah
seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia
memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu
dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa
tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il
yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak
sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka merasa tidak
tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam rumah
mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan
dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka karena ketakutan
bila kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di sekitar rumah
mrk, apalagi bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja
Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu,
bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada
taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah
oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh
seorang ahli nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja
dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki
akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi
musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun
segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di
dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan pengusutan
yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa
terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah
raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan
diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada
saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan
merasa aman tentang kekebalan kerajaannya setelah mendengar para
anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan
tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia tidak
mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan bahwa takdirnya
bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan
"Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan
bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja
Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim
itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam
Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru
diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak
oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat
kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di
antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing
dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin
Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut
rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang akan memberi pertolongan
kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan
lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam
keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka
hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang
melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah
lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa
bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia
mengharapkan agar bidan itu merahsiakan kelahiran bayi itu dari
sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan
bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan
kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji
akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga
bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam keadaan
cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi ilham
kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang
tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu
terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke
atas keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan mengembalikan bayi
itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.
Dengan
bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan
Illahi, mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat
dan dicat dengan warna hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil.
Kakak Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti
rahsia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan
jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah
umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari
jauh bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang
kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa
dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan kepada
ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh anak
perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena
sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata
Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan
Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika
diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemui di
dalam peti yang terapung di atas permukaan sungai Nil, segera
memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya: "Aku
khuatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan
penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami y besar
ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati
dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada
suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang
kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak
ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt tertarik kepadanya
dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu". Demikianlah jika
Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah jalan
bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang
telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan
amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama
Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun,
bererti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat
ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa
inang untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang
mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut
dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri
Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari
sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa
menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas
pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi
itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan
ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan
selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu
ibu keluarga itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun
dan seketika itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang
bayaran. Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah
air susu ibu kandungnya itu dengan sgt lahapnya. Kemudian diserahkan
Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan
imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah janji Allah
kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah
selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di
mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang
lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan
cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin
Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~
"4.~
Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan
menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari
mrk, menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakan.5.~ Dan Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang
yang tertindas di bumi {Mesir} itu dan hendak menjadi mrk pemimpin dan
menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi {bumi}.6.~ Dan Kami akan
teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada
Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka khuatirkan
dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa,"susukanlah dia,
dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam sungai
{Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan janganlah pula bersedih hati,
karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya {salah seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia
oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan
bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman berserta tenteranya adalah
orang-orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa}
biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan
ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak," sedang mrk
tiada menyedari.10.~ Dan menjadi kekosongan hait ibu Musa, seandainya
Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia termasuk orang-orang yang percaya
{kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa
yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh,
sedang mereka tidak mengetahuinya.12.~ Dan Kami cegah Musa dari menyusu
kepada perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya sebelum itu, maka
berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada kamu
ahlul-bait yang akan memeliharakannya utkmu dan mrk dpt berlaku baik
kepadanya?"13.~ Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang
hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji
Allah itu adalah benar, tetapi manusia kebanyakan tidak mengetahuinya."
{ Al-Qashash : 4 ~ 13 }
Musa keluar dari Mesir
Sejak
ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup sebagai
slah seorang drp keluarga kerajaan hingga mencapai usia dewasanya,
dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi
istana. Allah mengurniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan
tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di samping
kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan
tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya
seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun
mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il
tg ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun.
Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada
kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah
yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa. Demikianlah
maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang
madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia
terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu
terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu
tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang
tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani
Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama
Fa'tun. Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan
pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar itu,
segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika
itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa
terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya yang
tidak disengajakan dn tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia merasa
berdoa dan beristighfar kepada Allah memohon ampun diatas perbuatannya
yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah seorang drp
hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan
menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang
Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya
diberi hukuman yang berat , bila ia tertangkap.
Anggota dan
pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh pelusuk kota mencari
jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya diketahui
oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga yang
menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada
dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai
tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang
sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahsia
pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebat lagi tanpa disengajakan
dalam suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai
pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah
ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi untuk kali
keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun. Melihat Musa
berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka
yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: " Sesungguhnya
engkau adalah seorang yang telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa
Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri
berkata: "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah
membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang
sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan
kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang
Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang
memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan
penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan
membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum
Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan
Musa, seorang lelaki slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung
kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan
Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya
apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan
Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu
gerbangnya.
Tentang
isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran yang dapat di baca di dalam
surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21 sebagaimana berikut :~
"14.~
Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya
hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis}
ketika penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua
orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani
Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari
golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari
musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta;
"Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu
ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah
Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku
demi nikmat Engkau anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan
menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah
Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat
perbuatannya} maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kelmarin
berteriak meminta pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya:
"Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata
{kesesatannya}.19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang
yang menjadi musuh keduanya, berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa
apakah engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kelmarin
telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak
menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan
tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang
mengadakan perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung
kota bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar
negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah
{dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi
nasihat kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa
takut menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku
selamatkanlah dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan
berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu
daya orang-orang yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir
seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain
cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah.
Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan
tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan
kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani
perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam {tidak
berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di
kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah
Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat
di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya
karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya
sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang menjadi
seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan
kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan
dikenal orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian
terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi
sebuah sumber air bagi memberi minum ternakannya masing-masing, sedang
tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang
menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika para
penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya.
Musa
merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti
lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di
sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan memberi
minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang
masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi
minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena
ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan lagi
datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun
diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian
dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling
sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya
kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk tentang
pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak
diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah
kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua
puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang
telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan
sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang
dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke
rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang
masih berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih
dan lapar Musa berdoa: "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu
dan memerlukan kebaikan sedikit brg makanan yang Engkau turunkan
kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya:
"Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan
engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami
mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."
Musa sebagai
perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan dikenali
orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang
hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya
yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan
mengucapkan terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab
bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang sudah lanjut
usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pd
dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar
meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan yang
telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata
Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas dari
pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat
rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah
tempat yang aman di rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah
dengan tenang dan tenteram selama engkau suka."
Dalam pergaulan
sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang
dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan
rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan
jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus
serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam
hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa
sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai
ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga
dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi
perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis
itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi
pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap
bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta tangan yang
ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa
berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa! Tertarik
oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak
dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami
dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku ingin
sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah
seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima
tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja
sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan penternakan kami
dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat
berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua
tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi
Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di
negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah
menerima tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan
mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman
hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala
duka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada
Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan menerimaku
sebagai menantu, semuga aku tidak menghampakan harapan pakcik yang
telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh
hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami
kepada anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai
maskahwin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang
hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib
ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia
dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan
diberinyalah pasangan penganti baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor
kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai
suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda
terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya,
penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi
hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.
Bacalah
tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat 28,
surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~
"22.~
Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}:
"Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala
ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia
menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang
menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat
begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan
{ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan
{ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut
umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong}
keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya
Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau
turunkan kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang
daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya
bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi
minum {ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib}
dan menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata:
"Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim
itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku,
ambil ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja {dengan kita}
ialah orang yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia
{Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah
seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku
lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari
kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah
kelak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia
berkata: "Itulah {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua
waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan
tambahan atas diriku {lagi}. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita
ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu
Sepuluh
tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan
diri dari buruan kaum Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama bagi
seseorang dpt bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat
tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan hidup
di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang
mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada
di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang
megah dan mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah
darahnya dan ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura,
puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya
mengemaskan barang dan menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari
orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum
supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya
di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah
yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh dia
sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti
lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya:
"Tinggallah kamu disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di
atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa
satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa
sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang sedang menggigil
kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh
dia suara seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir
lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara
seruan yang didengar oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini adalah
Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada
di lembah yang suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah
apa yang akan diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah
tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk
mengingat akan Aku."
Itulah
wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda
kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan
nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung
dengan allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah
yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap
kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada
Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!"
Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang lebih dalam dari apa yang
sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang
sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan pdnya dan aku pukul
daun dengannya untuk makanan kambingku. Selain itu aku dapat pula
menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting
bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak
sederhana itu baru dimegertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah
memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu
menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat
sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya:
"Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada
keadaan asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap
dan dipegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia
terima dari Syu'aib, mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai
mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa agar mengepitkan
tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya perintah itu,
tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaahaa" ayat 9 sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :~
"9.~
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu melihat api,
lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini}
sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu."
11.~ Mak ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil: "Hai Musa,
12.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua
terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. 13.~
Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
{kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingati
Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahsiakan
{waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang
diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan
daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~
Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata Musa: "Ini
adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul {daun}
dengannya untuk kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain
padanya." 19.~ Allah berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20.~ Lalu
dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang
merayap dengan cepat. 21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan
takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~ Dan
kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih
cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk
Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami
yang sangat besar." {Thaahaa : 9 ~ 23 }
Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja
Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan
pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari
bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang
merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak
merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang
dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya ditujukan kepada Bani
Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup tenang dan tenteram.
Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan membayar berbagai pungutan
yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun
sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan
yang ditimpakan oleh Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani
Isra'il. ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan
dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan
yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah
mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka
dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu
diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai
Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa
ia adalah makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak
sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan
yang wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang
Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa
dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan,
selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang
telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan masih
belum hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak
mengabaikan kemungkinan bahwa mrk akan melakukan pembalasan terhadap
perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas
dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka. Ia hanya
terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya dengan
memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang
mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan
selama perjalannya ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut
akan pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah yang berfirman
maksudnya :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah
melampaui batas, segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya
dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa
pun akan terjadi pada dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya
berucaplah Musa kepada Allah: "Aku telah membunuh seorang drp mereka ,
maka aku khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang
pembantu dari keluargaku sendiri, yaitu saudaraku Harun untuk
menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan
tekadku menghadapi orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu
lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih cekap daripada diriku untuk
berdebat dan bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan
permohonan Musa, maka digerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih
berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan
bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan diiringi firman
Allah: "Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan disiksa oleh
Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat dan
mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir'aun. Berdakwahlah
kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sedarkanlah ia dengan
kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid, meninggalkan
kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap yang lemah
lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan
takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah
tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah
"Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha" sebagai berikut
:~
"33.~
Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang
manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku,
34.~ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku, maka utuslah
dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan {perkataan} ku
sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan aku." 35.~ Allah
berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan
kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu
{berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan
orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash : 33 ~ 35 }
"42.~
Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat-ayat-Ku dan
janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~ Pergilah kamu
berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44.~ maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia akan ingat atau takut" 45.~ Berkatalah mereka berdua:
"Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami
atau akan bertambah melewati batas 46.~ allah berfirman: "Janganlah
kamu berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku
mendengar dan melihat". 47.~ Maka datanglah kamu berdua kepadanya
{Fir'aun} dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan
Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kamu
menyeksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa
bukti {atas kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu
dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 }
Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Diperolehi
kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun yang menyatakan
dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang
lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pd waktu itu.
Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa
anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua ini?"
Musa
menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar
engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan
menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa
dan menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa
berkata kepadanya: "Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami
mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana
sampai mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang
menjadikan engkau pandai? Dan bukankah engkau yang melakukan pembunuhan
terhadap diriseorang drp golongan kami? Sudahkah engkau lupa itu
semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada kamu?"
Musa
menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa
bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena
jatuhnya aku ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu
tatkala engkau memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap
bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan aku
terapung di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian
dipungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang
engkau perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan
itu adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu
akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku.
Sebab dalam perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu,
Allah mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku
sebagai Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul
datanglah aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak engkau dan
kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan penindasanmu
terhadap Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang
engkau sebut-sebut itu, hai Musa? Adakah tuhan di atas bumi ini selain
aku yang patut di sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi."
Berkata
Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan yang
berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu ini
adalah seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan
Harun: "Siapakah Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami
ialah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk sesuatu
bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya."
Fir'aun
bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang tidak
mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah berhala
dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di
sisi Tuhanku. Jika Dia telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka
maka itu adalah karena kecongkakan dan kesombongan serta keengganan
mereka kembali ke jalan yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa
mereka hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya
kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab
dan seksanya adalah jalan yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak
berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang diucapkan secara tegas dan
berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah
mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa
secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau mengakui tuhan selain aku,
maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara."
Musa menjawab:
"Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan
kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun
menentang dengan berkata: "Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang
nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau
benar-benar tiak berdusta."
Dialog
{mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt
dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19
sebagimana berikut :~
"18.~
Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu diantara {keluarga}
kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara
{keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat
sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk
golongan orang-orang yang tidak membalas jasa." 20.~ Berkata Musa: "Aku
telah melakukannya sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang yang
khilaf. 21.~ Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepada
kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku
salah seorang diantara rasul-rasul. 22.~ Budi yang kamu limpahkan
kepada ku ini adalah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani
Isra'il." 23.~ Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24.~ Musa
menjawab: "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara
keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang}
mempercayainya". 25.~ Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya:
"Apakah kamu tidak mendengarkan?". 26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu dan
Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu" 27.~ Fir'aun berkata:
"Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar
orang gila". 28.~ Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat
dan apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu
mempergunakan akal". 29.~ Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyenbah
Tuhan selain aku benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang
yang dipenjarakan". 30.~ Musa berkata: "Dan apakah kamu {akan melakukan
itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang nyata
jika kamu adlah termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31
}
Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab
tentangan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan
serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera menjelma
menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke Fir'aun. Karena
ketakutan melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya
berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan
belas tahun panggillah kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular
itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya: "Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya,
lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku
bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya,
bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan
orang-orang yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja
yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah begitu
saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah
diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia
khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu
semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli
sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir dan para
penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun
dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar mematahkan
sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang
terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa dan
Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah
fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua
mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu
lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun
menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan
ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah
ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan
antara perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang
dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah
bersetuju untuk mengadakan hari pertandingan sihir maka
berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan
untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama
kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat ahli-ahli
sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari seluruh wilayah
kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat
sihirnya. Mrk cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian
mrk untuk memenangi pertandingan. Mrk telah memperolhi janji dari
Fir'aun akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila
berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah
segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing pembesar negeri
sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang telah duduk di
atas kursi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan dimulai.
Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih
dahulu mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir
Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mrk ke
tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya
bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang
merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil
hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu. Allah berfirman kepada
Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah engkau merasa takut dan
cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam
pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."
Para
ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika
melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan
ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk.
Mrk segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah}
dihadapan Musa seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami
kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatu yang digerakkan oleh
kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka
tidak ada alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dn
beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan
dengan mata kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan
sombong yang menuntut persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera
membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli
sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan
beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi
pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai
pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap ketuhanannya dan
merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta prestasinya. Ia berkata
kepada mrk: "Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah
kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?" Bukankah ini
suatu persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa dpt mengalah kamu sebab
ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu
dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu
sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam
menghadapi tindakan khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan
kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma
sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman
Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Karena
Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga tidak
akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau
ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang ahli
dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang
mana bukan. Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang
membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt
digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun
menanggapi ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang nyata dan
kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan
keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa
dan Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk
memutuskan apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami.
Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan
pahala Allah di akhirat yang kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :~
"32~
Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu {menjadi
ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya} maka
tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang
melihatnya. 34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di
sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir
yang pandai, 35~ ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri
dengan sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk
menjawab: "Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh
negeri orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya
mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". 38~
Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari
yang maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah kamu
sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah
orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk
pun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah
yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" 42~ Fir'aun
menjawab: "Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar
akan menjadi orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah Musa
kepada mrk: "Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu mrk
menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: " Demi
kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang". 45~
kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan
benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah
ahli-ahli sihir sambil bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata:
"Kami beriman kepada Tuhan semesta alam , 48~ yaitu Tuhan Musa dan
Harun". 49~ Fir'aun berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa
sebelumaku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar
pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti
benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan
memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu
semuanya". 50~ Mereka berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada kami},
sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya kami
amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami,
karena kami adalah orang-orang yang pertama sekali beriman."
{Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
Nabi
Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mukjizatnya
makin meluas pengaruhnya, sedan Fir'aun dengan kekalahan ahli sihirnya
merasa kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia khuatir jika
gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan mengancam keselamatan
kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan
pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa
kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar
dadanya dan makin menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya: "Apakah
engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan
meracuni rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang
menyimpang dari apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang kita?
Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh
oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan
tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya
akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun
menjawab: "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku sejak
dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau kita
membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di
kalangan pengikut-pengikutnya yang makin lama makin bertambah
jumlahnya, pasti pada akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat
negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita
yang megah ini. karenanya aku telah merancang akan bertindak terhadap
Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita
sahaja akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan
oleh pegawai dan kaki tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan
macam-macam tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang
menurut anggapan masyarakat, mereka itu adalah rakyat kelas kambing
dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin meningkatnya
kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari alat-alat kerajaan
Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi Musa, mengharapkan
pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak dpt berbuat byk pada
masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya
menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak,di mana mrk
akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mrk alami.
Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal seraya
memohon kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan dan
perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan mewariskan
bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan bertakwa!
Fir'aun
bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya
terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang
Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun
terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun drp
pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu.
Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat
terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan
kekejaman yang tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak
dpt menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya
bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka
Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang
menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir'aun
memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk
bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di
undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang
merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan
yang berlangsung dalam pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk
membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin
itu mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta
tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia berkata: "Apakah kamu akan membunuh
seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah
Tuhannya? Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu
bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu
bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya.
Jika andainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan
menanggung dosa akibat dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam
kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana azab yang
telah dijanjikan olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang
akan menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun
memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku harus
terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu
melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu
melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan
negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan:
"Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan
menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu
akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah
dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang
sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat
kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu
meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir kamu akan
menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan
berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu
itu dari seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku, aku hanya ingin
kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar. Ketahuilah bahwa
kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan
kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di akhirat kelak."
Orang
mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun dan
pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan
kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap
dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah
dibinasakan oleh Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka
sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada
orang mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan
menyetujui rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan
pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka
menentang Musa dan segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan
tindakan kekerasan bila ia tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa
secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran
Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku
berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru
kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa
yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman
kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun.
Sudah pasti dan tidak dapat diragukan lagi, bahwa apa yang kamu serukan
kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia
mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada
Allah yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang soleh,
bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui
batas akan diberi ganjaran dengan api neraka. Hai kaumku perhatikanlah
nasihat dan peringatanku ini. Kamu akan menyedari kebenaran kata-kataku
ini kelak bila sudah tidak berguna lagi orang menyesal atau merasa
susah karena perbuatan yang telah dilakukan. Aku hanya menyerahkan
urusan ku dan nasibku kepada Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui dan
Maha Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya."
Bacalah
tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127 sehingga
ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat
38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
"127~ Berkata
pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}: "Apakah kamu akan
membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan di negeri ini
{Mesir} dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?" Fir'aun menjawab:
"Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup
perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas
mereka". 128~ Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan
kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan Allah
dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.
Dan kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa". 129~
Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas {oleh Fir'aun} sebelum kamu
datang kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab:
"Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu
khalifah di bumi{-Nya} maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." {
Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang beriman
di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang mneyembunyikan imannya
berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia
menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu
dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika dia seorang
pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia
seorang yang benar, nescaya sebahagia {bencana} yang diancamkannya
kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. 29~ Hai kaumku utkmulah
kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang
akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita?" Fir'aun
berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku
pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu selain jalan yang
benar." 30~ Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku sesungguhnya
aku khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti peristiwa {kehancuran}
golongan yang bersekutu, 31~ {yakni} seperti keadaan kaum Nuh, Aad,
Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak
menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku,
sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan seksaan hari
panggil-memanggil. 33~ {yaitu} hari {ketika} kamu {lari} berpaling
kebelakang, tidak ada bagimu seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari
{azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah nescaya tidak ada baginya
seorang pun yang akan memberi petunjuk." { Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~
Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan
perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan
kejahatan itu. Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik
laki-laki mahupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka
mereka akan masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab.
41~ Hai kaumku! Bagaiman kamu ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan
tetapi kamu menyeru aku ke neraka? 42~ {kenapa} kamu menyerukan supaya
kufur kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku
ketahui padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa
lagi Maha Pengampun?" 43~ Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya
aku {beriman} kepadanya tidak dpt memperkenankan seruan apa pun, baik
di dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita adalah
kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mrk
itulah penghuni neraka. 44~ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku
katakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusan aku kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 45~ Maka Allah
memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir'aun berserta
kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain
tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya Nabi
Musa, Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap Nabi
Musa dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa yang
semakin beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam
pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata
Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku membunuh
Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya. Aku
ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku
dan biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan
melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya."
Dalam lain
kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang sudah diperhambakan
jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan
mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat
bahwa aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana
sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang
memberi kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan
tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang
bulat kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan lebih agung dari Musa yang
hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi hatinya dan menerangkan
maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas,
sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin
atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat
sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah
pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata
Fir'aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata
rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan
perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun zalim dan
fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa sampai pd
puncaknya, melihat Fir'aun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras
kepala menentang dakwahnya, mendustakan risalahnya dan makin
memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il terutama
para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena ketakutan daripada
kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa kepada mrk bahwa
Allah tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman,
kezaliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allah
dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap
tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb dan seksa di
dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah
Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami, engkau telah memberi
kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta kekayaan yang
meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu mengakibatkan
mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang Engkau
redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak akan
beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat seksaan-Mu
yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang
diperkenankan oleh Allah, maka dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh
krisis kewangan dan makanan, yang disebabkan mengeringnya sungai Nil
sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang disamping
serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang
sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belumlagi krisis kewangan
dan makanan teratasi datang menyusul bala banjir yang besar disebabkan
oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan
rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak.
Dan sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam wabak
dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan
lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak
yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman
hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur,
disebabkan menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat
tidur, hidangan makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada
waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah
mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi kenabiannya, agar
memohonkan kepada Allah mengangkat bala itu dari atas mereka dengan
perjanjian bahwa mrk akan beriman dan menyerahkan Bani Isra'il kepada
Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar dari azab bala
itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan
hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji
mereka dan kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa,
seolah-olah apa yang terjadi bukanlah karena doa dan permohonan Musa
kepada Allah tetapi karena hasil usaha mrk sendiri.
Bacalah
tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat 51
sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus" dan
ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf" sebagimana berikut :~
"Dan
berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku membunuh
Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku
khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka
bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya
{seraya} berkata: "Hai kaumku! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku
dan {bukankah} sungai-sungai ini mengalir dibawahku, maa apakah yang
kamu tidak melihatnya? 52~ Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina
ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan {perkataannya}? 53~
Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang emas, atau malaikat datang
bersama-sama dia untuk mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun mempergaruhi
kaumnya {dengan perkataan itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana
sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54
}
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta
kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka
menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah
harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak
beriman hingga mereka melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu
tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu
mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88
sehingga 89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum
{Fir'aun dan} kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang
dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pengajaran 131~
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran mereka berkata: "Ini
adalah kerana {usaha} kami." Dan jika mereka ditimpa kesusahan mrk
lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang berserta
dengannya. Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan
dari Allah, akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui. 132~ Mrk
berkata kepada Musa: Bagaiman kamu mendatangkan keterangan kepada kami
untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak
akan beriman kepadamu." 133.~ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka
taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi
mrk tetap menyombong diri dan mrk adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan
ketika mrk ditimpa azab {yang telah diterangkan itu} mereka pun
berkata: " Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan
{perantaraan} kenabian yang diketahui oleh Allah ada pada sisimu.
Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu drp kami pasti kami
akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il pergi
bersamamu." 135~ Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mrk hingga
batas waktu yang mrk sampai kepadanya, tiba-tiba mrk mengingkarinya." {
Al-A'raaf : 130 ~ 135 }
Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani
Isra'il yang cukup menderita akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya cukup
merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan
Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sedar bahwa Musalah
yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan mereka dari
cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang
kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari
Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah
pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan
berjalan kaki dengan cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan
bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah
mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah setelah selama semalam
suntuk dapat melewati padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan
takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isra'il
ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari belakang mrk
dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha
mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila
mrk tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari
Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi
Musa, bernama Yusha' bin Nun: "Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?"
Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut berada di depan
kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa yang harus kami
perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi
Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami
telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi
jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim
itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa
berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang
kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan
perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin
Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung
yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut
yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa
dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah
mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat
terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang
sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas
dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa
seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam
pada itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti
Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir
Allah tela mendahului bahwa mrk akan menjadi bala tentera yang
tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat
jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu: "Lihat
bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk
mengejar orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk
akan dpt melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui
bahwa perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia.
Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang
harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya
turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering
itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang
sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang
telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah
maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di tengah-tengah lautan
yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allah
dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang
terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan
tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah mrk hidup-hidup
di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir'aun dan kaumnya
untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- akan datang.
Pada
detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri
dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Fir'aun: "Aku
percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku
beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah
seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang
menghadapi sakaratul-maut: "Baru sekarangkah engkau berkata beriman
kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu
dpt menyelamatkan engkau dari maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan
percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan
kezaliman terhadap hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merusak
akhlak dan aqidah manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu.
Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi
orang-orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu
untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan
kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih
meragukan kematian Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang
ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia
adalah manusia luar biasa lain drp yang lain dan bahwa dia akan hidup
kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pd
fikiran mrk menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan
tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa
Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa
berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk tentang
Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai orang
biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas perbuatannya,
menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta
memperhambakan Bani Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala
sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di
permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk tentang Fir'aun dan
kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang
terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet
hingga utuh sampai sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang
isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah "Thaha" ayat
77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga 68 ; surah
"Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut :~
"77~
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk
mrk jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan
tersusul dan tidak usah takut {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun
dengan bala tenteranya mengejar mrk, lalu mrk ditutup oleh laut yang
menenggelamkan mrk. 79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak
memberi peetunjuk." { Thaha : 77 ~ 79 }
"60~ Maka Fir'aun dan
bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu matahari terbit. 61~ Maka
setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut
Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul; sesungguhnya
Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku. 63~ Lalu
Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu." Maka
terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan itu adalah seperti
golongan yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang
bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.
67~ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu
tanda yang besar {mukjizat} dan kebanyakkan mrk tidak beriman. 68~ Dan
sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia Perkasa lai Maha
Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan
Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti oleh Fir'aun dan bala
tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila
Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Isra'il dan
saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada Allah}." 91~
Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya kamu telah
durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya
kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan
sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Dalam
perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian utara
dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir'aun
dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat
sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya.
Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk kamu sebuah
tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang disembah
sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka
itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti
akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu
selain Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan
menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari perhambaannya dan
penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di atas umat-umat yang
lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kamu akan
mencari tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu,
Allah pencipta langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja
kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta
bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan
Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas
matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana
orang dpt berteduh di bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang didesak
oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah di atas mereka
awan yang tebal untuk mrk bernaung dan berteduh di bawahnya dari panas
teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan makanan dan minuman
mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah
menurunkan hidangan makanan "manna" - sejenis makanan yang manis sebagai
madu dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi firman-Nya:
"Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan
bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa
mengeluh kehabisan air untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan
kering itu, Allah mewahyukan kepada Musa agar memukul batu dengan
tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas mata
air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa,
masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka
mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang
sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allah
berikan kepada mrk yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan
penindasan Fir'aun, memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang
lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi
dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah menurunkan bagi mereka apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun,
bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas
dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang
aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa: "Mahukah kamu memperoleh sesuatu
yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih
baik yang telah Allah kurniakan kepada kamu? Pergilah kamu ke suatu
kota di mana pasti kamu akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan
kamu minta."
Pokok
cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah"
ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :~
"138~
Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu, maka setelah
mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka
{Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan
{berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan {berhala}". Musa
menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
{sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan
kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan.
140~ Musa berkata: "Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain
dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala
umat". { Al-A'raaf : 138 ~ 140 }
"160~ Dan mereka Kami bagi
menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami
wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah
batu itu dengan tongkatmu". Maka memancarlah drpnya dua belas mata air.
Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan
Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka
manna dan salwa. {Kami berfirman}: "Makanlah baik-baik dari apa yang
Kami telah rezekikan kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi
merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri." { Al-A'raaf : 160 }
"61~
Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak boleh sabar
{tahan} dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk
kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang
putihnya, kacang adasnya dan bawah merahnya." Musa berkata: "Mahukah
kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?
Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu
minta." { Al-Baqarah : 61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut
riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di
Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah
kitab suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang akan memberi
bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan
bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan
persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu
mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan
yang baik yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang
mungkar yang dapat mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka
setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah tenggelam
binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar diberinya
sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya kepada
kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa
selama tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan Zulkaedah. Kemudian
pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan bermunajat
dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah
berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus menghadap
kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan
bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang sedap
akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan
dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat
yang datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat itu
kepadanya: "Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu untuk
menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap,
padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami
adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat
tindakanmu itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama
sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat
puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah
dipilih diantara pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan
mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum
yang ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada
saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit
Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan
ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri
mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di
belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk
mencapai redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah
berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah lihat
bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia
kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah Nabi
Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang
seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi
tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah
seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali
dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun
kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata: "Maha Besarlah Engkau
wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku dn aku akan
menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan
bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa kitab suci "Taurat"
berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut sementara
ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci
dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang
diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada
Musa dengan firman-Nya: "Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih
engkau lebih dari manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa
risalah-Ku dan menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan
kepadamu keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap langsung dengan Aku,
maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang
teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku
berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa
Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan
dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il agar
mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan
mereka di tempat-tempat orang-orang yang fasiq."
Bacalah
tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha" ayat 83 dan 84 dan
surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana berikut :~
"83~
Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?" 84~
Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera
kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~
84 }
"142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan
Taurat} sesudah berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan
jumlah malam itu dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu
yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa
kepada saudaranya, yaitu Harun: "Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku
dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang
membuat kerusakkan". 143~ Dan tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan
{Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
{langsung} kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat
Engkau} kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan
berfirman: "Kamu sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah
ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya {sebagai sediakala}
nescaya kamu dapat melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung
itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh
pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci
Engkau, aku bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama beriman."
144~ Allah berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih
dari manusia yang lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku dan untuk
berbicara langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat}
segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami berfirman:
"Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang
kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan
memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf:
142 ~ 145 }
Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi
Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan
Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih lama dari tiga
puluh hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat dengan
Tuhan. Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah kepada Musa
untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka
janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke
tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang
telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan
kelambatan kedtgan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk
menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa
seolah-olah ia telah meninggalkan mrk dalam kegelapan dan dalam keadaan
yang tidak menentu. Mrk merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan
yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mrk.
Keadaan
yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isra'il
itu, digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah berhasil
menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik untuk
menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi
Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah.
Samiri yang munafiq itu menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah
tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak
dapat diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar
mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri
melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan akidah
pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya
segera membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan
pengganti Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang
dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para
wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa
sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati
yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il
pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan
persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang
berkata: "Alangkah bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu
yang kamu sembah ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak
pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar. Kamu telah menganiaya
diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain Allah."
Teguran
Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri
itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini
sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah
kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya
yang telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka
dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara
mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga
dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk
mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia
hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti
kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi
Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya
kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat
tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama
ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati tatkala ia tiba di
tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung
lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah dan
sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat
dilemparkan berantakan. Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya
ditarik kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala
engkau melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan
Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku
menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau
berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan
kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan
ini sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi
teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan
rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah berusaha memberi nasihat
dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak mengindahkan kata-kataku.
Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam akan membunuhku. Aku
khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras, akan
terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana akan
menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah
membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku.
Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah
mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya,
berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi biang
keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah yang
mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali
menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?"
Samiri
menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya. Aku
telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil segenggam tanah
bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas
yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat
menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah
hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa
kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan manusia sebab
karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu
{sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan
menderita sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di
akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang engkau buat
dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut."
Kemudian
berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah
buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah kepergianku! Apakah
engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah Tuhanmu telah
menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci? Ataukah engkau
menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu
yang buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan
ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali
melanggar perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami
disuruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir
yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang
menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu menjelma
menjadi patung anak lembu yang bersuara, sehingga dapat menyilaukan
mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah tertanam di dalam
dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah
berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan
patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu
kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun
drpnya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang benar."
Akhirnya
kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah
disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun dan rahmat Allah agar
selanjutnya melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan
merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa
beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah
ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam
menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada
Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami
berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi
hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan mereka berdua
dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan
Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana asalnya,
maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari
kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung
anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara
kaumnya untuk diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah
meminta ampun atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan
itu agar berpuasa, mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang
telah ditentukan berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu
menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah
awan yang tebal meliputi seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa
diikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka
bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh
itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah
dalam hati mereka keinginan untuk melihat Zat Allah dengan mata kepala
mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah
selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka
kepadanya: "Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah
dengan terang." Dan sebagai jawapan atas keinginan mereka yang
menunjukkan keingkaran dan ketakaburan itu, Allah seketika itu juga
mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka
sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang
menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang
terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah agar diampuni
dosa mereka seraya berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur
Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian
aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku.
Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka
nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas keinginan
dan permintaan mereka yang durhaka itu."
Alah memperkenankan doa
Musa dan permohonannya dengan dihidupkan kembali kelompok tujuh puluh
orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru sedar dari
pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil janji dari
mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai
pedoman hidup mereka melaksanakan perinta-perintahnya dan menjauhi
segala apa yang dilarangnya.
Pokok
cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam banyak
tempat, di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah
"Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56,
63 dan 64 sebagai berikut :~
"85~ Allah berfirman: "Maka
sesungguuhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan
mereka telah disesatkan oleh Samiri." 86~ Kemudian Musa kembali kepada
kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang
baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu
melanggar perjanjian dengan aku?" 87~ Mereka berkata: "Kami sesekali
tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi
kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami
telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya." 88~
Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak lembu yang bertubuh dan
bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi
Musa telah lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak memperhatikan
bahawapatung anak lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka
dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak pula
kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka
sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya diberi cubaan
dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha
Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~ Mereka
menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini, hingga Musa
kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang
menghalangi kamu ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu
tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai
perintahku?" 94~ Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu
pegang jangutku dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir
bahawa kamu akan berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani
Isra'il dan kamu tidak memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa:
"Apakah yang mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri
menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka
aku ambil segenggam aari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan
demikianlah nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah kamu, maka
sesungguhnya bagi kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat
menyatakan : Janganlah menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu
hukuman {di akhirat} yang kami sesekali tidak dapat menghindarinya dan
lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami
akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan menghamburkannya ke
dalam laut {berupa abu yang berserakan} 98~ Sesungguhnya Tuhanmu
hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi
segala sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka
sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka telah sesat,
mereka pun berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan kami tidak memberi rahmat
kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang
yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku
ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau
dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang." {
Al-A'raaf : 151 }
"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu
diambilnya kembali luh-luh {Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt
petunjuk dan rahmatbutk orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan
Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat
kepada Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika mereka
digoncang genpa bumi Musa berkata: "Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki
tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah
Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang krg
akal di antara kami? Itu hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan
dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk
kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka
ampunilah kami dan berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi
ampun sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan
{ingatlah} ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang karena itu kamu
disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya" 56~ Setelah itu Kami
bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur." { Al-Baqarah
: 55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji
dari kamu dan Kmai angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami
berfirman} : "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan
ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian
kamu berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada
kurnia Allah dan rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang
rugi." { Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak
kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani Isra'il.
Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang telah
menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya. Telah
diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah membinasakan Fir'aun ,
musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di
tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah
memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna
dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah
mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari kalangan mererka sendiri
untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia
dan nikmat Allah yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka,
tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur,
berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah yang
diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan
perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin,
tempat suci yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk
menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan
melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka ialah karena mereka
harus menghadapi suku "Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah
orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan
diusir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allah
melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir
suku Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman mereka
selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat
pengejutnya kepada Musa: "Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha
sebelum orang-orang suku Kan'aan itu keluar. KAmi tidak berdaya
menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah terkenal
sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah engkau berserta
Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang suku Kan'aan itu dan
tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil perjuanganmu."
Naik
pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak
mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman
tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat
sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang
menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan
bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada
Allah.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada
seorang drp kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan perintah
Allah itu, berdoalah Nai Musa kepada Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak
menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami
dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana
hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah memasuki
Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh
tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di atas bumi
Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam
kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul
generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang
telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :
"20~
Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya
kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara
umat-umat yang lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin}
yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari
kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi
orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya
dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya kami
tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar drpnya. Jika
mereka keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~ Berkatalah dua
orang di antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah
memberi nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang
{kota} itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan
hanya kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang
yang beriman." 24~ Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan
memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu
pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja." 25~ Berkata Musa:
"Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku.
Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu."
26~ Allah berfirman : {Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu
diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka
akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kamu
bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." {
Al-Maidah : 20 ~ 26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah
satu dari beberapa mukjizat yang telah dinerikan oleh Allah kepada
Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi
Bani ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak laki-laki putera
tunggal dari seorang kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan
yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang
pewaris selain putera tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari
putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang
besar itu atau setidak-tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana
menurut hukum yang berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak
kepada mereka untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa
saudara mereka , mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu
pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati hak atau warisan yang besar
itu akan jatuh kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu
dilaksanakan menurut rencana yang tersusun rapi kemudian datanglah
mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa mereka telah menemukan saudara
sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal identitinya
mahupun tempat di mana iamenyembunyikan diri. Mereka mengharapkan Nabi
Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu
serta siapakah gerangan pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa
memohon pertolongan Allah yang segera menwahyukan perintah kepadanya
agar ia menyembelih seekor sapi dan dengan lidah sapi yang disembelih
itu dipukullah mayat sang korban yang dengan izin Allah akan bangun
kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan
pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara
yang diwahyukan oleh Allah itu kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek
karena akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang sedemikian itu
boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali menunjukkan
kekuasaan-Nya melalui mukjizat yang diberikan kepada Musa yang kadang
kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk diterima oleh akal
manusia berbanding mukjizat yang mereka hadapi dalam peristiwa
pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek:
"Apakah dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak
menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau
memang cara yang engkau usulkan itu adalah wahyu, maka cubalah tanya
kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih?
Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat
salah memilih sapi yang harus kami sembelih?"
Musa menjawab:
"Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah sapi betina
berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak tanah atau
mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian
dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi
yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak yatim
piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan
ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak
yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang
tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada Allah
memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat
meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka
berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan
harga yang berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang
diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi
yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah lidahnya oleh Nabi Musa,
lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup
kembali dengan izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para
pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya
sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya
diperlihatkan kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu
namun belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat congkak dan
membangkang mereka atau mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur
yang masih melekat pada dada dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran
yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat dalam surah
"Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah ini :~
"67~
Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu
hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa menjawab: "Aku berlindung
kepada Allah drp menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil." 68~
Mrk menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia
menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu? Musa menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah
apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami
apakah warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa
sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi
menyenangkan orang-orang yang memandangnya." 70~ Mrk berkata:
"Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami
bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu
{masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dat
petunjuk." 71~ Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak
tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat, tidak ada
belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat
sapi betina yang sebenar." Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir
saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika
kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang
itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan
sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah menghidupkan
kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan padamu
tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~ 73 }
Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada
suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il. Ia
berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada
mereka akan kurnia dan nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada mereka
yang sepatutnya diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang
tulus, melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala
larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi
Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat
Allah diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa
mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadiri bertanya
kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini paling pandai
dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada kiranya
orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan daripadamu?" Tanya
lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa seraya berkata dalam hati
kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani Isra'il? Aku
adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang telah dapat
membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan
bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang dapat
melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum
pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa
sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa,
dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah
lebih luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang
rasul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang,
nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih alim
daripadanya. Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada
diri Nabi Musa Allah memerintahkan kepadanya agar menemui seorang
hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh
yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu akan memberi
tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat
menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat membanggakan diri
dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan
luas di atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai
Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu yang soleh itu, bagi
memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan
ilham yang Engkau telah berikan kepadanya."
Allah berfirman kepada
Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang dalam perjalananmu
mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau akan
kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui
hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan
yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp para pengikutnya
yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah
keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah. Ia
berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang
soleh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan
bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman
sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya
bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala
Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu
yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya, tertidurlah ia di
atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan. Pada saat ia
lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di
dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut
itu masuk ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya,
bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah mahupun
tujuan. Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa
beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta
dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia sudah sgt
lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan
teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut.
Maka berkatalah Yusya' kepada Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh
syaitan untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada
di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di
dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan
melompat masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu
segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan."
Wajah
Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita itu dari
Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu
dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah
tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami
cari. Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi
tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba
mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka melihat
seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan
iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan
pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata
salam Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang
soleh itu. Musa menjawab: "Aku adalah Musa." Bertanya kembali orang
soleh itu: "Musa, nabi Bani Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari
yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba Allah
yang aku cari", berkata Musa dalam hatinya, seraya mendekatinya dan
berkata kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu dan
berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan
sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu."
Hamba
soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi Al-Khidhir
itu menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri
bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan mengalami
dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan
perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya adalah perbuatan
benar dan wajar dab engkau sebagai manusia tidak akan berdiam diri
melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut
pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang
ingin belajar dan menambah pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan
mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu
perintah atau petunjuk daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa:
"JIka engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka
engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu
sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau
tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan
dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku
dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan
perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua."
Dengan
diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan
mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam
perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir
terjadi tatkala mereka sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah
perahu sedang berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik
perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan
senang hati diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran
bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh
pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri
yang tidak terdapat pada orang biasa.
Tatkala mereka berada
dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan lajunya di antara
gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir melubangi perahu
itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap
oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang yang
telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri
dan ditegulah Al-Khidhir dengan berkata: "Engkau telah melakukan
perbuatan mungkar dengan merusak dan melubangi perahu ini. Apakah
dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini
dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau merasa kasihan kepada
pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan menghantarkan
kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata
Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah katakan kepadamu
bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat tindak-tandukku di
dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku
telah lupa akan janjiku sendiri. Janganlah aku dipersalahkan dan
dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh
Al-Khidhir dan tibalah meeka berdua di tempat yang dituju di sebuah
pantai. Kemudian perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka
dengan seorang anak laki-laki yang sedang bermain-main dengan
kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Al-Khidhir,
dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya
seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan Al-Khidhir
yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak
berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan
satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang
diutus oleh Allah untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak dapat
berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang tiada
beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya berkata: "Mengapa engkau telah
membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah
melakukan perbuatan yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab
dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahwa
engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?"
Dengan
rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa:
"Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku
meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi
lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku
diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau
memberi uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji terakhir yang
diterima oleh Al-Khidhir dari Musa diteruskanlah perjalanan mereka
berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin beristirehat
untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh yang
telah ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan
sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong
mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal
bachil {pelit} itu yang mahu menolong mereka memberi tempat
beristirehat atau sesuap makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka
segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan
Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah
satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera AL-Khidhir menghampiri dinding
itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar,
berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin ajaib, mengapa engkau
berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan pelit ini. Mereka
telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirehat dan sesuap
makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya engkau menuntut upah
bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau
perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan minum kami."
Al-Khidhir
menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami berpisah sesuai dengan
janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzur.
Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku berikan kepadamu tujuan
serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak
wajar dan kurang patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir
melanjutkan huraiannya,"bahawa pengrusakan bahtera yang kami tumpangi
itu adalah dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil-alihan
oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang bahtera
itu. Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang fakir-miskin yang
digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari.
Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera itu, si raja yang zalim
itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu yang dianggapnya
rusak dan berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya adalah
pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari
tindakan perampasan sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak
yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya
dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah
orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan
menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan
anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu Allah
akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada mereka
berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku
tegakkan kembali itu adalah karena dibawahnya terpendam harta
peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ayah mereka adalah orang
yang soleh ahli ibadah dan Allah menghendaki bahwa warisan yang
ditinggalkan untuk kedua anaknya itusampai ketangan mereka selamat dan
utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan
serta ganjaran bagi ayah mereka yang soleh dan bertakwa itu."
"Demikianlah
wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang tujuan
tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar
hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri
tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah "Al-Kahfi" ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud :~
"60~
Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan
berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku
akan berjalan sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke
pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu
melompat mengambil jalannya ke laut itu. 62~ Maka tatkala mereka
berjalan lebih jauh berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari
makanan kita sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan
kita ini." 63~ Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari
tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan
tentang ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya
kecuali syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara
yang aneh sekali." 64~ Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari."
Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka
bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah
Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir:
"Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang
benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia
menjawab: "Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar
bersamaku, 68~ dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu
belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa
berkata: "Insya-Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang
sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70~ Dia
berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan
kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya
kepadamu." 71~ Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki
perahu, lalu Al-Khidhir melubanginya. Musa berkata: "Mengapa kamu
melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpamgnya?"
Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 72~ Dia
{Al-Khidhir} berkata: "Bukankah aku telah katakan: "Sesungguhnya kamu
sesekali tidak akan sabar bersama dengan aku." 73~ Musa berkata:
"Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku dan janganlah kamu
membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku," 74~ Maka
berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang
pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa berkata : "Mengapa kamu bunuh
jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang lain? Sesungguhnya
kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." 75~ Al-Khidhir berkata:
"Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan
dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata: "Jika aku bertanya kepadamu
tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu memperbolehkan
aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku."
77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mahu menjamu mereka
kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding rumah yang
hampir roboh, maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu. Musa berkata:
"Jikalau kamu mahu nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu." 78~
Al-Khidhir berkata : "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu kelak
akan ku beritahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak
dapat sabar terhadapnya. 79~ Adapun bahter itu adalah kepunyaan
orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusakkan
bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas
tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang tuanya
adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan kami
menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain
yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih
sayangnya {kepada ibubapanya}. 82~ Adapun dinding rumah itu kepunyaan
dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang ayahnya adalah
seorang yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai
kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat
dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemahuanku
sendiri. Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu
tidak dapat sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya raya
Qarun
adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia
dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang besar
yang tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam
usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya
dengan harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru
kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya
karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di
antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan
lain drp yang lain. Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari
,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang bilangannya melebihi
keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi
yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas dengan
tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi khazanahnya
yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan pernah
puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang
emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana
halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh
harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai
kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya
memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan
bagaimana ia dapat menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah
itu. Ia telah dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan
sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para fakir miskin,
menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan lapar
tidak dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia perolehi
itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri dengan beramal
kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan-2 yang dapat
meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau menderita
cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki yang luas
itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban
sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang
dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun
dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena
kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat dan bukan menerima
nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan
kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya. IA menyombongkan
diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu
bahwa kekayaan yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya
dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan
kurnia atau pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan
harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa
terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada
para fakir miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan
pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang yang
menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara
menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia
keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa
pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai
kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang
ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk
terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik
diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata: "Mengapa kami tidak
diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun?
Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam
hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar
itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap
orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan
miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun
makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar
ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk
disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin
akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah
telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan
berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap
ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang
yang melarat dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun
merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan
keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa kami telah
membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami
telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu.
Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau
bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin
meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta
kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami
sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah
membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang
pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin
melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang
menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat
ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah
yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak
dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah
berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan
berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah
tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan
dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan
dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah
wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya
fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan
untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi
akibat tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap
kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa
dengan maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya dan
mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana
diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi
Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin
memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan
cara perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih
jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru
bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar mengaku didepan
umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi
Allah tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang
diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu
untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan
kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan
bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah
ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia
tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi
perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat
merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara
hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang
tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan
fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu
berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang
sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya
yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang
berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang
membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan
doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana
terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan
tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun
hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa
yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi
pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan
mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah
dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah:
"Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami
dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan
duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati
dan mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2
tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah."
Isi
cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76
sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya
Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka
dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang
kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2.
{Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu
bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu
membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang
lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata:
"Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku." Dan
apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan
umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak
mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang
berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada
kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki
kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang
telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah
dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah
lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak
diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami
benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya
suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah
ia termasuk orang-orang {yang dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah
orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata:
"aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dia
kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak
melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah
membenamkan kita {pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang
yang mengingkari {nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang
yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan
yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan
terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah
Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan
Yusya bin Nun mereka selalu menjadi sasaran penyerbuan dan serangan
dari bangsa-2 sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab,
bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan
di antara meeka silih berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa
Palestin penduduk "Usydud" suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan
menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang berakhir dengan
kemenangan bangsa Palestin yang berhasil, mencerai-beraikan Bani Israil
dan merampas benda keramat mereka yang bernama "Tabout", yaitu sebuah
peti tempat penyimpanan kitab Taurat.
Peti yang disebut Tabout
itu adlah merupakan salah satu dari banyak kurnia yang telah diberikan
oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka menganggap Tabout itu suatu
benda keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan dan keberanian
kepada mereka dikala menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap medan
perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin dan semangat
juang bagi mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi
musuh. Maka dengan dirampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin
hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah barisannya, retaklah
kesatuannya sehingga menjadi laksana binatang ternakan yang
ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi
Mua, Bani Isra'il tidak mempunyai seorang raja atau seorang pemimpin
yang berwibawa yang dapat mengikat mereka di bawah satu bendera dan
menghimpun mereka di bawah satu komando bila terjadi serangan dari luar
dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim
penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang keagamaan dan
kadangkala menjadi juru damai jika timbul perselisihan dan sengketa di
antara sesama mereka. Di antara penghulu itu terdapat seorang penghulu
yang paling disegani dan di hormati bernama Somu'il. Kata-katanya
selalu didengar dan nasihat-2nya selalu diterima dan ditaati.
Kepada
Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang merasa sedih
melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah
dikalahkan oleh bangsa Palestin dan dikeluarkan dari negeri mereka
serta dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda keramat
bagi mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan
seorang pemimpin yang kuat yang berwibawa dan mempunyai kekuasaan
sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi
panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan
titik-titik kelemahan serta sifat-2 licik dan pembangkang yang meletak
pada diri mereka berkata: "Aku khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan
bertempur melawan musuh bila kepadamu diperintahkan untuk berperang
menghalau musuh dari negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami
menolak perintah semacam itu dan enggan maju bertempur melawan musuh
sedangkan kami telah dihina diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan
dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu hal yang memalukan dan
menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang kami
alami ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang datang
menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan maju dan tidak akan
gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja kami akan dapat pimpinan
dari seorang yang cekap, berani serta berwibawa sehingga komandonya dan
segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami semuanya."
Somu'il
berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula keinginanmu
untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan membimbing kamu ,
maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah memohon pertolongan
Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja
bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk
dari Allah, agar ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama
"Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah
mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya Allah akan memberinya
jalan dan tanda-tanda yang akan memungkinkan ia bertemu muka dengan
orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout adalah seorang
berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan berparas tampan. Dari
pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa ia adalah seorh
yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani.
IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil
sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercucuk
tanam dan memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout
sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya terlepaslah
dari kadang seekor keldai dari haiwan-2 peliharaannya dan menghilang
sesat. Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai yang
hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun
tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang terlepas itu. Akhirnya ia
mengajak bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah
bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang
itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami sekarang sudah
berada di daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya
kalau kami pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan
keterangan dan petunjuk kepada kami di mana kiranya kami dapat
menemukan keldai kami itu. Ia adalah seorang nabi yang menerima
petinjuk dari Tuhannya melalui para malaikat dan dia telah banyak kali
mengungkapkan hal-hal ghaib yang ditanyakan oleh orang kepadanya."
Thalout
menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua menuju
tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya kepada
beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi:
"Di manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu cepat-2
meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke sini. Ia
sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu."
Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para
gadis itu memberikan keteranagnnya, muncullah Somu'il dengan wajahnya
yang berseri-seri memancarkan cahaya kenabian dan kealiman yang
mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling
pandang memandang, berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang
menemui bapak untuk memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami
diberi keterangan dan petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali
keldai kami yang telah terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami
temukan jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya."
Somu'il
setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa inilah
orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan
penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku
cari itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat
ayahmu. Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu
dengan urusan keldai itu. Kerana aku memang mencarimu dan ingin
menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih penting dari soal
keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk memimpin Bani Isra'il
sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah kacau-balau serta
membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan menduduki
negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan menyertaimu memberi
perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam
segala sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku dapat
menjadi seorang raja dan pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini seorang
dusun anak cucu Benyamin yang paling papa, terasing dari pengaulan
orang ramai, seorang anak tani dan penggembala haiwan yang tidak
dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan
perintah-Nya. Dan lebih tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan
tugas-tugas-Nya. Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah yang akan
melengkapi segala kekuranganmu. Bersyukurlah engkau atas nikmat dan
kurniaan Allah ini. Terimalah tugas suci ini dengan keteguhan hati dan
kepercayaan penuh akan pertolongan dan perlindungan Allah kepadamu."
Kemudian dipeganglah tangan Thalout, diangkatnya keatas seraya
menghadap kepada kaumnya dan berkata: " Wahai kaumku, inilah orangnya
yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi rajamu. Ia berkewajiban
memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya dan
setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala
perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu padulah
kamu di bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang
melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul
mengerumuni somu'il mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat
Thalout sebagai raja, tercengang dan terkejut dan dengan mulut
ternganga mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan pandangan
mereka dari wajah Somu'il ke wajah thalout yang menandakan kehairanan
dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu. Selintas pun tidak terfikir
oleh mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan
tidak dikenal orang ialah yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan
dan pengangkatan seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada
Somu'il: "Bagaimana seorang seperti Thalout ini akan dapat memimpin
kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak dikenal
orang dan pergaulan sehari-harinya hanya terbatas didesanya. selain
ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani
Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda" yang menurunkan raja-raja
Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak memiliki pengalaman dan
kecekapan yang diperlukan oleh seorang raja untuk mengurus serta
mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih sahaja seorang drp
mereka yang berada di kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan
berkeadaan cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang
dikemukakan oleh kaumnya: "Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang
tidak memerlukan kebangsawanan atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan,
kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan kecekatan bertindak. sifat-2 itu
terdapat dalam dir Thalout di samping ia memiliki tubuh yang kuat,
perawakan tg tegap dan kekar serta paras muka yang tampan yang memberi
kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya. Selain itu semuanya, ia
adalah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak patutlah kami memilih orang lain
setelah Allah menjatuhkan pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka,
"Jika yang demikian itu pilihan dan kehendak Allah, maka kami tidak
dapat berbuat lain selain meneriam kenyataan ini. Akan tetapi untuk
menghilangkan keragu-raguan kami tentang diri Thalout, berilah kepada
kami suatu tanda yang dapat menyakinkan kami bahwa Thalout benar-benar
pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah telah
mengetahui watak dan tabiat kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu
tidak berada di dalam hati tetapi di kelopak mata. Kamu tidak
mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan pancaindera
kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui pengangkatan Thalout
menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan menemukan kembali peti
keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan dirampas oleh bangsa Palestin.
Kamu akan menemukan itu datang kepadamu dibawa oleh malaikat. Pergilah
kamu keluar kota sekarang juga untuk menerimanya."
Setelah
ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan ditemuinya
kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan orang-orang
Palestin itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai raja mereka
dengan memberikan bai'at kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi
segala nasihat dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas
pertama yang dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan sebagai raja
ialah menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda dan
orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentera yang akan mengahdapi
bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun bala
tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak mempunyai tanggungan
keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga dapat
membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga
bagi mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari negeri mereka
dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian untuk
mengetahui sampai sejauh mana rakyatnya atau barisan tenteranya yang
disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan perintahnya, Thalout
berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu di bawah terik panasnya
matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di antara kamu
minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang dapat
kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya
barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk
tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang
pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat kuandalkan keberaniannya
dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh
Thalout telah terjadi dan menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera
Thalout di sungai yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil
sahajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara
tepat. Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar menahan
dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun
telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari anggota
tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya
menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu dan
berdisiplin sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya. Ia hanya
bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil
yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya.
Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari
air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk
menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi
musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan
musuh, sebahagian drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar
disiplin dan minum dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan
melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang kuat dan
besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentera yang
lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan bernama "Jalout".
Jalout,
panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang berani,
cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap orang
yang berani bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya telah
menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari pasukan
Thalout. berkata mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak akan
sanggup menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini.
Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada
pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan
golongan yang kecil dalam pasukan Thalout, tidak merasa takut dan
gentar menghadapi Jalout dan bala tenteranya, walaupun mereka lebih
besar dan lebih lengkap peralatannya karena mereka keluar ke medan
perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan
negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan iman kepada
Allah. Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah
berniat bulat berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas
rumah dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata
mereka kepada kawan-2nya kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk
bertempur melawan musuh. Kami tidak akan kalah karena bilangan yang
sedikit atau kerana kelemahan fizikal. Kami akan menggondol kemenangan
bila iman di dalam dada kami tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami
akan pertolongan Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi sudah,
bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar,
bila Allah mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah
selalu berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan
tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang
ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout
terus maju memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon
pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat
berhadapan satu dengan yang lain dan pertempuran dimulai, keluarlah
dari tengah-2 barisan bangsa Palestin, panglima besarnya yang bernama
Jalout berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan Thalout
mengajak bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang ia berseru
dengan suara yang lantang agar pihat Thalout mengeluarkan seorang yang
akan melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar
adri tengah pasukan Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan
hinaan dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani
Isra'il yang sedang dicekam oleh rasa takut dan bimbang menghadapi
Jalout yang sudah termasyur sebagai jaguh yang tidak pernah terkalahkan
itu.
Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu
rendah diri memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il
yang sedang memandang satu kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam
hati masing-2 gerangan siapakah di antara mereka yang dapat maju
membungkam ,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya,
datanglah pada saat itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja
berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan
keberanian dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar
menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa
kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk
bertarung dengan Jalout, sementara orang-orang dari pasukannya sendiri
yang sudah berpengalaman berperang tidak ada yang tergerak hatinya
untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan
dan hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang pemuda
itu merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izin kepadanya turun ke
gelanggang melawan Jalout. Ia tidak membayangkan seorang dalam usia
semuda itu, yang belum pernah turun ke medan perang dan tiak
berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar hidup dari pertarungan
melawan Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati Thalout,
bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung
dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan
menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun
kepada lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman
muka Thalout dapat menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang
untuk melepaskannya bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia
kepadanya: "Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan
fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku
melawan Jalout karena yang menentukan dalampertarungan bukanlah hanya
kekuatan fizikal dan kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting
dari itu ialah keteguhan hati dan keuletan bertempur serta iman dan
kepercayaan kepada Allah yang menentukan hidup matinya seseorang
hamba-Nya. beberapa hari yang lalu aku telah berhasil menangkap seekor
singa dan membunuhnya tatkal ia hendak menyergap dombaku dan sebelum
itu terjadi pula aku menghadang seekor beruang yang ganas dan berhasil
membunuhnya setelah bergulat mati-matian. Maka bukanlah usia atau
kekuatan badan yang merupakan faktor yang menentukan dalam pertempuran
tetapi keberanian dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan
bergerak dengan disertai perhitungan yang tepat, itulah merupakan
senjata yang lebih ampuh dalam setiap pertarungan."
Mendengar
kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlas dan
jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras ingin
melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat
mengalahkannya maka diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk
melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga Allah melindunginya
dan mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan oleh seluruh
anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah
baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang
pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa
menggunakan senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu
kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah
Thalout kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya
bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang
bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu
menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku
beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang
durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu,
keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di
mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya
berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout
melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak bertanding dengan dia
adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan
tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek
dengan kata-kata: "Utk apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk
mengejar anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan
engkau? Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan
hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang belum merasakan
suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak belajar dari
pengalaman. Majulah engkau ke sini akan aku habiskan nyawamudalam
sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu makanan yang lazat bagi
binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang pemuda
menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu, boleh
merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup
menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih ini.
Aku datang ke sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah lama
engkau hina, engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi
akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri hayatku atau
kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut nyawamu dan
mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah
maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda segera
mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke
arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan
derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan lemparan
batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout
tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah
suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan Bani Isra'il
menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout jaguh dan
kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout hilanglah
semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri
tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan
Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri
serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :~
"246~
Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah
Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:
"Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di
bawah pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin
sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan
berperang`." Mereka menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di
jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung
halaman kami dan dari anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu
diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang
saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang
zalim. 247~ Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah
mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka menjawab: "Bagaimana Thalout
memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?"
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi
rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa."
Allah memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui. 248~ Dan Nabi mereka
mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja
ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari
Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun
tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman. 249~ Maka tatkala
Thalout ke luar membawa tenteranya ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan
menguji kamu dengan satu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum
airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tidak merasakan airnya
kecuali orang yang hanya menciduk seciduk tangan, maka ia adalah
pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya terkecuali beberapa orang di
antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang beriman
bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum
berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout
dan tenteranya." Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui
jalan Allah berkata: "Berpa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah berserta
orang-orang yang sabar. 250~ tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak
oleh mereka, mereka pun berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran
atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang kafir." 251~ Mereka {tentera Thalout} mengalahkan
tentera Jalout dengan izin Allah dan {dalam peperangan itu} Daud
membunuh Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya {Daud}
pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout} serta Allah
mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 ~
251 }
Catatan tambahan
Nabi
Musa wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit bernama "Nabu", di
mana ia diperintahkan oleh Allah untuk melihat tanah suci yang
dijanjikan {Palestin} namun tidak sampai memasukinya.